Senin, 29 Februari 2016

Terdakwa Kasus Angeline, Margriet Dihukum Seumur Hidup | Lika Liku Kasus Angeline Sebelum Persidangan



Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar, Bali memvonis terdakwa Margriet Megawe dengan hukuman seumur hidup. Margriet dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan Angeline, bocah berusia delapan tahun.

"Terdakwa terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan pembunuhan berencana, exploitasi anak secara ekonomi, memperlakukan anak secara diskriminatif," kata Ketua Mejelis Hakim Edward Harris Sinaga, di Denpasar seperti dilaporkan Antara.

Dalam sidang tersebut, Hakim menjerat terdakwa dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, Pasal 76 I jo Pasal 88 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak atas perubahan perubahan UU Nomor 23 tahun 2002.


Kemudian, Pasal 76 B jo Pasal 77 B Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014, Pasal 76 A huruf a jo Pasal 77 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak. Vonis hakim yang diberikan kepada terdakwa tersebut, sama dengan tuntutan yang diajukan tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam sidang sebelumnya.

Hal yang memberatkan hukuman terdakwa karena, perbuatan terdakwa sadis pada anak yang mengakibatkan anak mati. Mendengar putusan hakim tersebut, terdakwa melalui penasehat hukumnya Hotma Sitompoel menyatakan banding.

Dalam dakwaan disebutkan bahwa terdakwa Margriet pada 15 Mei 2015 melakukan pemukulan terhadap korban hingga kedua telinga dan hidung mengeluarkan darah. Kemudian, pada 16 Mei 2015 Pukul 12.30 Wita, terdakwa Margriet memukul korban dengan tangan kosong dengan tangan dan membenturkan kepala korban ke tembok sehingga Angeline menangis.

Margriet kemudian memanggil terdakwa Agustay menuju ke kamar terdakwa dan Agustay melihat ibu angkat Angeline itu sedang memegang rambut korban. Selanjutnya membanting korban ke lantai sehingga korban terjatuh ke lantai dengan kepala bagian belakang membentur lantai sehingga korban terkulai lemas.

Margriet kemudian mengancam Agustay agar tidak memberitahu kepada orang lain kalau dirinya memukul Angeline dan dijanjikan imbalan uang Rp200 juta pada 24 Mei 2015, apabila mau mengikuti keinginnanya. Terdakwa diminta Margriet untuk mengambil kain sprei dan seutas tali untuk diikat ke leher Angeline. Kemudian, Agustay diperintahkan Margriet mengambil boneka Berbie milik Angeline dan meletakan ke dada korban.

Margriet menyuruh terdakwa membuka baju dan meletakkannya di atas tubuh Angeline, kemudian menyuruh memperkosanya. Agustay menolak dan berlari ke kamarnya. Agustay kemudian mencuci tangannya dan membuka celana pendeknya serta mengambil korden warna merah yang diserahkan kepada terdakwa dan ditaruh di dekat korban.

Kemudian, terdakwa menyuruh membakar rokok dan menyulutnya ke tubuh korban. Agustay tidak mau dan membuang rokok tersebut. 

Baca Juga :
 Nekat, Pengoplos Masih Produksi | Masih Banyak Beredar Miras Oplosan di Bantul
 Aburizal Sakit, Rapat Pleno Pengesahan Munas Golkar Ditunda | Bagi-bagi Dolar Sampai 'Gratifikasi' Jet Pribadi
 Korban Sebut Saipul Jamil Tunjukkan Video Porno Sebelum Pelecehan Terjadi | Jawaban DS Saat Dicecar Kasus Pencabulan Saipul Jamil

Perjalanan kasus pembunuhan bocah Angeline sempat berlika-liku sebelum masuk ke persidangan. Dari mulai penetapan tersangka, masa penahanan, perubahan pasal terhadap tersangka, hingga gugatan ke praperadilan. Angeline yang dilaporkan hilang pada 16 Mei 2015 ditemukan meninggal pada 10 Juni 2015. Jasadnya dikubur di halaman belakang rumah ibu angkatnya, Margriet Megawe, di Jalan Sedap Malam, Sanur, Bali.

Dari hasil autopsi jenazah bocah yang bernama asli Engeline itu ditemukan banyak luka lebam di sekujur tubuhnya. Luka bekas sundutan rokok dan jeratan tali juga ditemukan di leher bocah tersebut. Margriet terancam pasal berlapis, di antaranya kasus kekerasan anak dan dugaan sebagai otak di balik pembunuhan anak angkatnya itu.

Penetapan Tersangka

Margriet tidak bersedia menjalani pemeriksaan sebagai tersangka kasus pembunuhan Angeline. Hotma Sitompul, pengacara Margriet, mengatakan kliennya mengaku heran dan kaget atas status tersangka yang diberikan kepadanya.

Hotma menganggap penetapan tersangka kepada kliennya sudah final. Karena Kapolda Bali Irjen Pol Ronny F Sompie sudah mengantongi 3 alat bukti, Hotma beranggapan tidak perlu lagi dilakukan pemeriksaan.

Penyidik Polda Bali menetapkan Margriet sebagai tersangka baru dalam kasus pembunuhan bocah Angeline. Dia dijerat Pasal 340 atau pembunuhan berencana dan Pasal 338 atau pembunuhan dengan sengaja. Sebelumnya polisi juga menetapkan Margriet sebagai tersangka dalam kasus penelantaran anak.

Sebelum polisi menetapkan tersangka, Margriet telah menjalani 2 kali pemeriksaan menggunakan lie detector atau alat uji kebohongan. Polisi juga mengalami kesulitan menetapkan Margriet sebagai tersangka, lantaran hanya ada satu saksi.

Masa Penahanan

Masa penahanan Margriet sempat diperpanjang 30 hari setelah masa penahanan pertama berakhir pada Kamis 14 Agustus 2015.  Begitu juga dengan tersangka lain pembunuhan Angeline, Agus Tae Hamdani atau Agus Tay Hamba May atau Agustinus. Sama seperti mantan majikannya itu, masa penahanan Agus diperpanjang hingga 30 hari ke depan, setelah dua perpanjangan.

Sebelumnya Agus Tay sudah ditahan selama 20 hari pertama dan menjalani perpanjangan masa penahanan kedua selama 40 hari. Agus dikenakan Pasal 338, 353 ayat 3 juncto Pasal 55 (KUHP). Pasal 338 merujuk pada penghilangan nyawa dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara. Sementara, Pasal 353 merujuk pada penganiayaan yang direncanakan. Pasal 55 menunjuk pada tindakan turut melakukan.

Dalam pemeriksaan, Margriet sempat tidak kooperatif saat dikonfrontir dengan tersangka Agus Tay. Dia selalu menjawab pertanyaan penyidik dengan kalimat "Tidak tahu." Margriet sebelumnya memang menolak dikonfrontasi dengan tersangka Agus dan saksi yang diajukan lembaga hukum P2TP2A, yaitu Susiani yang sedianya digelar Sabtu 4 Juli 2015.

Margriet juga tidak bersedia menjalani pemeriksaan sebagai tersangka kasus pembunuhan Angeline. Hotma Sitompul, pengacara Margriet pada 29 Juni mengatakan, penetapan tersangka kepada kliennya sudah final dan sudah 3 alat bukti yang dikantongi polisi, sehingga tidak perlu lagi dilakukan pemeriksaan .

Berkas Ditolak

Setelah dinyatakan lengkap atau P21, berkas kedua Margriet dan Agus Tae dilimpahkan ke kejaksaan pada akhir September 2015. Berkas ini sebelumnya sempat ditolak dan bolak balik antara kejaksaan dan kepolisian. Alasannya, ada beberapa hal bukti yang belum dilengkapi. Kapolda Bali Inspektur Jenderal Pol Ronny F Sompie mengatakan, pengembalian berkas itu justru untuk menyamakan persepsi antar-penyidik dan jaksa penuntut umum atau JPU.

Menurut Ronny, penyamaan persepsi itu penting agar bukti-bukti yang disampaikan di persidangan tak sejalan dengan apa yang dipikirkan penyidik dan JPU.


Perubahan Pasal

Hakim Pengadilan Negeri Denpasar Achmad Petensili menolak gugatan praperadilan yang diajukan Margriet pada pada Rabu 29 Juli 2015. Margriet mengajukan gugatan praperadilan pada 23 Juni 2015.  Putusan tersebut membuat posisi tersangka Agus bergeser. Seperti pasal yang dikenakan kepada Agus pada pengakuan terdahulu, membunuh dan memperkosa Angeline. Apalagi, dia telah mengubah pengakuan bahwa Margriet lah yang membunuh anak angkatnya yang masih berusia 8 tahun itu.

Hal itu tentu membuat status tersangka utama yang disangkakan untuknya berubah. Margriet pun menjadi tersangka utama. Agus dikenakan Pasal 338, 353 ayat 3 juncto Pasal 55 (KUHP). Pasal 338 merujuk pada penghilangan nyawa dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara. Sementara, pasal 353 merujuk pada penganiayaan yang direncanakan. Pasal 55 menunjuk pada tindakan turut melakukan.

Bocah Angeline ditemukan tewas terkubur di halaman belakang rumah ibu angkatnya Margriet Megawe di Jalan Sedap Malam Nomor 26 Sanur, Denpasar, Bali pada Rabu 10 Juni 2015. Bocah ayu itu sebelumnya dinyatakan hilang pada Sabtu 16 Mei 2015.

Jenazah bocah ayu itu dikubur di bawah pohon pisang, tak jauh dari kandang ayam. Tubuhnya dibungkus seprei dan sedang memeluk boneka kesayangannya. Hasil autopsi menyebutkan hampir di sekujur tubuh bocah mungil itu ditemukan luka memar, bahkan ada luka jeratan di lehernya. Diduga Angeline kerap mengalami kekerasan selama hidupnya.



Penggusuran Kalijodo Sudah Berjalan 90 Persen | Suasana Mencekam Jelang Penggusuran Kalijodo



Proses penggusuran kawasan Kalijodo di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara sudah mencapai tahap akhir, Senin (29/2/2016) sore. Penertiban yang berlangsung sejak pukul 07.30 WIB hingga pukul 16.00 WIB tinggal menyisakan beberapa bangunan yang fondasinya masih coba dihancurkan.

 "Alhamdulillah, sampai pukul 16.00 WIB, 90 persen sudah selesai saya kira. Kemudian, tinggal ada beberapa bangunan yang memang fondasi dan strukturnya cukup kuat. Ini sedang dibersihkan lagi," kata Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi Tito Karnavian saat berkunjung ke lokasi.

Menurut Tito, diperkirakan, bangunan di Kalijodo akan roboh semua maksimal nanti malam. Terkait dengan pengamanan, Tito akan tetap mengerahkan personel polisi hingga dua hari ke depan. Jika dirasa kondisi di Kalijodo dan sekitarnya sudah kondusif, kekuatan polisi akan ditarik secara bertahap.

"Ada kegiatan monitoring yang kita lakukan terus-menerus. Kalau seandainya ada perlawanan, kami akan tambah kekuatan. Tetapi, kalau monitoring intelijen ternyata landai, kami akan tarik pasukan," tutur Tito.
Penggusuran Kalijodo yang berlangsung hari ini tidak mendapat perlawanan. Aparat gabungan dari Polri, TNI, maupun Satpol PP masih berjaga di lokasi.

Baca Juga :
 Banjir Hingga 150 Cm Rendam Sejumlah Wilayah di Jakarta, Ini Titiknya | Genangan Muncul di Sudut-sudut Jakarta Raya Pagi Tadi
10 Alat Berat Dikerahkan untuk Ratakan Bangunan di Kalijodo | Hari Ini Pemkot Jakut Akan Berikan SP3 Kawasan Kalijodo
 Reaksi Pedagang Pasar Soal Aturan Kantong Plastik Berbayar | Aturan Kantong Plastik, Ahok Tak Ikuti Menteri Lingkungan 

Kawasan hiburan malam Kalijodo, Jakarta Utara, beberapa jam ke depan akan segera diratakan dengan tanah menyusul langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menjadikan tempat itu sebagai kawasan hijau. Berdasarkan pengamatan Antara News sejak pukul 06.00 WIB, ribuan pasukan gabungan terdiri atas Kepolisian, TNI, dan Satpol PP telah melakukan apel pagi di sebelah utara kawasan Kalijodo.

Sebagian anggota kepolisian tetap berjaga di titik-titik masuk ke wilayah yang akan digusur sementara arus lalu lintas dari arah Jalan Bandengan Utara dan Selatan pun telah dialihkan. Warga hingga media massa pun sudah tidak bisa masuk ke dalam kawasan Kalijodo karena telah dibatasi garis polisi sementara belasan eskavator telah berjajar di depan kafe-kafe di kawasan itu.

Sejumah truk pengangkut dari Dinas Tata Air dan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta sudah bersiap di sisi utara Kalijodo untuk mengangkut puing reruntuhan bangunan. Di sisi lain, cuaca mendung tidak menyurutkan niat warga setempat untuk menyaksikan proses penggusuran yang akan dimulai pada pukul 07.30 WIB kendati sejumlah polisi melarang warga melintas.

Sebelumnya, pada Minggu (28/2) Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Mohammad Iqbal menyatakan lebih dari 5.000 personel gabungan dari berbagai elemen akan diturunkan selama pelaksanaan penertiban tersebut. Iqbal menjelaskan bahwa keseluruhan personel tersebut terdiri atas sekira 2.000 personel dari pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, yakni Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), petugas kebersihan dan Dinas Perhubungan dan Transportasi.

Dari pihak TNI akan dilibatkan 600 personel untuk proses pengamanan penertiban, sedangkan dari kepolisian diperkirakan akan turun sebanyak 3.000 personel. Iqbal menambahkan, petugas keamanan siap menindak apabila ada oknum yang berniat menghalang-halangi jalannya penertiban Kalijodo.


resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut
Copyright © 2014 Berita pagi ini