KTT LB OKI ke-5 Resmi Dibuka Hari Ini | Dampak resolusi dan deklarasi Jakarta di KTT OKI diragukan
Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (KTT LB OKI) ke-5 resmi dibuka hari ini. Dua dokumen berupa resolusi dan Deklarasi Jakarta yang telah dirumuskan dalam pertemuan tingkat menteri pada Minggu (6/3) akan ditindaklanjuti. Berdasarkan agenda yang diperoleh dari Kementerian Luar Negeri, Senin (7/3), pembukaan KTT digelar pada pukul 08.40 WIB oleh Perdana Menteri Republik Arab Mesir Sameh Soukry selaku Ketua OKI ke-12.
Kemudian Presiden Jokowi akan memberi pernyataan pada pukul 08.55 WIB. Dilanjutkan oleh Presiden Negara Palestina Mahmoud Abbas serta Sekretaris Jenderal OKI Ameen Madani hingga pukul 09.25 WIB.
Pertemuan diawali dengan laporan rapat persiapan menteri sekitar pukul 09.40 WIB. Setelah itu para delegasi akan mengikuti sesi bertama yang disambung dengan coffee break sampai dengan pukul 09.55 WIB.
Konferensi dimulai kembali pada pukul 10.05 WIB dengan agenda debat umum atas laporan dari kepala delegasi. Sesi ini berlangsung secara tertutup bagi media.
Setelah tercapai kesepakatan, maka pukul 17.30 WIB rencananya akan dibacakan pertimbangan draf resolusi dan Deklarasi Jakarta untuk Palestina dan Al-Quds Al-Sharif.
Sebelumnya, Menlu Retno LP Marsudi mengungkapkan dokumen resolusi dan Deklarasi Jakarta didapatkan dari berbagai masukan delegasi dalam pertemuan Senior Official Meeting (SOM). Menurut Retno selama proses pembahasan berlangsung, terlihat jelas negara-negara OKI memiliki solidaritas yang kuat dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
"Dihasilkan dua dokumen, resolusi dan Deklarasi Jakarta. Resolusi isinya (mencakup) prinsip-prinsip dasar dan political call. Kedua, deklarasi KTT yang berisi hal-hal konkret," ujar Retno dalam konferensi pers usai memimpin pertemuan antar menteri, Minggu (6/3).
Dari informasi yang diperoleh, sebanyak 10-20 kepala negara atau pemerintahan hadir dalam KTT LB OKI ke-5. Diperkirakan tiga negara peninjau (observer) yang diundang, seperti Bosnia Herzegovina, Afrika dan Rusia hadir dalam konferensi ini. Selain itu Amerika Serikat, Rusia, PBB dan EU yang tergabung dalam negara quartet juga hadir.
Baca Juga :
Pilgub DKI, PDIP Ogah Usung Kutu Loncat | Paranormal Sebut Ahmad Dhani Mustahil Menang di Pilgub DKI, Alasannya Bikin Anda Kaget
Delegasi KTT LB OKI 2016 Mulai Berdatangan | KTT OKI 2016: Polda Metro Siapkan Rute Khusus Hindari CFD
Urine Anggota DPR yang Anak Mantan Wapres Negatif Narkoba | Polisi Ambil Sampel Darah dan Rambut Ivan Haz
Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam yang berlangsung dari Minggu (06/03) hingga Senin (07/03) di Jakarta dijadwalkan akan mengeluarkan seruan untuk mendukung Palestina dan status Kota Jerusalem beserta sejumlah langkah konkretnya. Namun, pengamat menilai resolusi dan deklarasi itu tidak akan berdampak signifikan. Sebanyak lebih dari 600 delegasi dari 57 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam atau OKI telah mengikuti sidang pejabat tingkat tinggi dan dewan menteri luar negeri, pada Minggu (06/03).
Pada Senin (07/03), KTT OKI rencananya akan menghasilkan resolusi berisi seruan politik dan Deklarasi Jakarta yang memuat langkah-langkah konkret demi penyelesaian masalah Palestina dan Jerusalem. “Deklarasi Jakarta lebih kepada tindak lanjut dari political call. Jadi kita bersama teman-teman OKI akan mempersiapkan hal-hal yang sifatnya praktis, konkret yang dapat disepakati OKI,” kata Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi. Akan tetapi, baik resolusi maupun Deklarasi Jakarta yang bakal dihasilkan negara-negara anggota OKI dipandang tidak terlalu berdampak terhadap perdamaian Palestina-Israel.
Alasannya, menurut Smith Alhadar selaku pengamat masalah Timur Tengah dari The Indonesian Society for Middle East Studies, di dalam tubuh OKI selalu ada perseteruan antara Arab Saudi dan Turki di satu pihak dengan Iran di pihak lain. “Jadi (OKI) nggak kompak,” kata Smith kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan. Hal lainnya adalah perlunya inisiatif dari negara-negara besar agar perdamaian Palestina-Israel bisa terwujud. Smith kemudian mencontohkan proposal yang diusung Prancis. Proposal itu mendesak Israel dan Palestina menjadi dua negara merdeka yang hidup berdampingan. Jika Israel menolak proposal tersebut, Prancis akan mengakui kemerdekaan Palestina.
“Nah, ini suatu tekanan luar biasa terhadap Israel. Karena kalau Prancis mengakui kemerdekaan Palestina, itu akan diikuti oleh negara-negara lain. OKI bisa bersinergi dengan proposal Prancis. Tapi jika dia (Deklarasi Jakarta) berdiri sendiri sebagai hasil KTT OKI, saya kira tidak terlalu signifikan,” kata Smith. OKI pertama kali dibentuk pada 1969 di Maroko sebagai respons atas aksi pembakaran Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, oleh kaum ekstremis Yahudi. Namun, sejumlah perundingan damai Palestina-Israel selama beberapa dekade terakhir justru diwadahi negara-negara atau organisasi lain, bukan OKI.
Peran Indonesia
Mengenai peran Indonesia yang diharapkan menjadi mediator dan motor di dalam tubuh OKI, Smith mengeluarkan nada pesimistis. “Saya kira itu berat ya. Karena Indonesia ini terlalu jauh dan pengaruh politik yang signifikan di Timur Tengah. Negara-negara yang bertikai di Timur Tengah sangat kompleks dan itu perlu ada gerakan dari negara-negara besar untuk menyelesaikan masalah,” kata Smith. Indonesia menggelar KTT Luar Biasa OKI kelima atas permintaan Palestina dan OKI untuk menggantikan Maroko yang batal menjadi tuan rumah.Kesediaan Indonesia tidak lepas dari sokongan terhadap Palestina. Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan dukungan ke Palestina merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari amanat UUD 1945 untuk menghapuskan penjajahan dan melaksanakan ketertiban umum berdasarkan pada kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Dukungan dan kontribusi Indonesia untuk Palestina juga ditunjukkan melalui kerja sama dan bantuan kepada pemerintah dan masyarakat Palestina, antara lain bantuan kemanusiaan sebesar US$1 juta.
Indonesia dalam waktu dekat juga akan meresmikan Kantor Konsul Kehormatan RI di Ramallah, Tepi Barat.
0 komentar:
Posting Komentar