Gak Usah Lebay Rayakan Hari Valentine | Ratusan Pelajar Gelar Teatrikal Pemberontakan PETA
Valentine's Day atau yang sering disebut hari kasih saying dirayakan
setiap 14 Februari. Momen ini identik dengan bertukar kado dan
mengungkapkan rasa sayang kepada orang-orang yang dikasihi. Namun,
sayangnya banyak orang menyalahartikan momen setahun sekali ini.
KADO,
coklat, bunga adalah barang khas yang paling sering muncul menjelang
hari kasih sayang ini. Namun ternyata makna di balik semua itu bukanlah
soal tukar menukar kado. Tapi memiliki makna tersendiri. Gita Arimbi
Hutapea, atau yang biasa disapa Gita, memberikan penjelasan tentang
hari kasih sayang. Katanya, bukan hanya setiap 14 Februari, namun setiap
hari, bulan dan tahun pun merupakan waktu di mana setiap manusia
menyalurkan kasihnya kepada orang dikasihi.
“Saya tidak masalah
kalau orang merayakan Valentine's Day secara serentak. Ada suatu tanggal
dimana kita benar-benar mengutarakan rasa sayang kepada orang tua,
sahabat dan orang yang kita sayang lainnya. Tapi sebenarnya kasih sayang
itu bisa diutarakan setiap hari,” ujarnya.
Gita menanggapi banyaknya
orang yang sering menyalahartikan maksud dari hari kasih saying. Karena
memang belum memahami dengan benar apa arti yang sebenarnya.
Menurutnya, membuktikan sebuah rasa sayang tidak hanya pula dengan
sebuah kado. Namun bagaimana perbuatan juga mendukung untuk membuktikan
rasa sayang dalam artian yang positif.
“Memang ada sisi negatifnya.
Itu yang digunakan anak muda sekarang yang sering melanggar kode etik
dalam pergaulan khususnya. Tapi semua itu kembali lagi ke pribadi
masing-masing. Tidak semua seperti itu,” ungkap cewek berumur 22 tahun
ini.
Hari kasih sayang, lanjutnya, sama seperti hari khusus lainnya,
misalnya seperti hari ibu yang juga disiapkan secara spesial untuk
memberikan suatu hadiah bagi setiap ibu di dunia ini. “Setiap hari kita
juga menyatakan kasih sayang kita sama ibu. Tapi kita butuh satu hari
nih yang spesial untuk ibu dan menyatakan sayang kita kepadanya,. Nah
sama seperti valentine day,” ucap Gita.
Selain itu, Trifena Bilma,
mahasiswi jurusan Akuntansi angkatan 2013, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(FEB), Universitas Mulawarman (Unmul) ini menyebutkan jika hari kasih
sayang adalah hari di mana kita menunjukkan ekspresi sayang kepada semua
orang. Bukan hanya untuk pasangan bagi yang sudah memiliki pacar. “Bisa
untuk orang tua dan teman-teman kita,” ujar Fena, panggilan akrabnya.
Fena
juga turut prihatin akan perkembangan budaya hari kasih sayang ini
menjadi tren yang disalah artikan oleh anak muda. Padahal, kata Fena,
maksud di balik semua itu, bukanlah merujuk ke hal yang negatif. Fena
menyarankan agar merayakan Valentine's Day dengan tidak berlebihan,
hingga tidak menjerumus ke hal negatif.
“Kita bisa menunjukkan rasa
sayang kita kepada semua orang setiap hari, bukan hanya di satu hari
itu. Boleh lah di hari itu tukar kado. Enggak usah sampai menunjukkan
reaksi negatif,” katanya.
Kemudian, bagi Reza Magdalena, mahasiswi
jurusan Akuntansi angkatan 2012, di kampus yang sama, Valentine's Day
dirayakan tergantung dari pribadi setiap orang. Setiap orang, semua
kalangan bisa merayakan hari spesial ini.
“Banyak pihak-pihak yang
kontra terhadap valentine ini mungkin memang mereka menilai banyak yang
tidak patut dalam perayaannya,” ungkap Reza, sapaan akrabnya.
Reza
berharap orang bisa memahami lebih dalam lagi maksud hari peryaan kasih
sayang ini yang sebenarnya. Reza menyadari banyak anak muda yang masih
hidup dalam pergaulan tidak baik, terlebih merayakan hari kasih sayang
dengan cara yang salah.
“Ya itu mungkin mereka mau mencari
kesenangan sendiri. Mungkin mereka merasa hidup kurang asik tanpa
pergaulan yang tidak baik seperti itu, akhirnya mereka memutuskan
mencari hiburan yang akan menyenangkan diri mereka masing-masing,”
tutupnya.
Nah, sudah jelas kan, makna sebenarnya itu seperti apa.
Intinya itu, kembali lagi pada kepada pribadi masing-masing. Kalau
pribadinya baik, yang pastinya akan merayakan dan memaknai Valentine's
Day dengan cara yang benar dan menghindari reaksi negatif.
Baca Juga :
Demo Di Istana Gagal Temui Presiden | Nasib tenaga Honorer
Nasdem Dukung ahok | Kata Ahok, Jika Ahmad Dani Lolos PilGub Akan Hapus TransJakarta
Kebun Buah Mangunan | Jalan-Jalan Ke Jogja
Menjelang Valentine Day atau hari kasih sayang, ratusan pelajar justru
menggelar aksi teatrikal memperingati pemberontakan PETA ke 71 di
Blitar, Jawa Timur yang dipimpin oleh Sudanco Supriadi, Sabtu
(13/2/2016). Drama yang diikuti ratusan pelajar dan seniman ini
mengisahkan perjuangan heroik tentara muda PETA melawan kekejaman
penjajah Jepang.
Meski gagal meraih kemenangan namun usaha tentara PETA ini patut menjadi awal perjuangan Kemerdekaan Indonesia.
Drama kolosal ini diawali dengan kedatangan tentara Jepang di Indonesia untuk mendapat simpati dari rakyat.
Para pemuda Indonesia direkrut oleh tentara Dai Nippon untuk dijadikan sebagai tentara militer Jepang.
Namun
kedatangan tentara Jepang ini bukan bertujuan memakmurkan rakyat
Indonesia tapi justru malah menyengsarakan bangsa Indonesia.
Rakyat Indonesia dipaksa kerja paksa atau romusha ibaratnya lepas dari mulut harimau masuk ke dalam mulut buaya.
Begitu
istilah hilangnya tentara Belanda masuknya tentara Jepang. Selama tiga
setengah tahun Indonesia dijajah oleh Jepang rakyat Indonesia sangat
menderita.
Karena tidak tahan melihat penderitaan rakyat
Indonesia yang dijajah oleh Jepang, Sudanco Supriadi dan anggota yang
lainyapun memberontak terhadap penjajah Jepang.
Penyerangan ke
markas tentara Jepang ini digambarkan dengan heroik bagaimana Sudanco
melepas dan merobek bendera Jepang diganti dengan bendera merah-putih.
Namun
akibat persiapan yang kurang matang pemberontakan Sudanco Supriadi dan
teman-temannya bisa dipatahkan oleh tentara Jepang. Supriadi dan anggota
sudanco yang tertangkap disiksa oleh tentara Jepang.
Drama
kolosal yang melibatkan ratusan pelajar ini di akhiri dengan mengibarkan
bendera merah-putih sebagai tanda- bangsa Indonesia merdeka. Setelah
negara Jepang dinyatakan kalah dalam perang usai di bom atom oleh
tentara Sekutu.
Teatrikal ini sebagai bentuk bahwa pada 14
Februari di Blitar memiliki sejarah yakni peringatan pemberontakan PETA
bukan Valentine Day drama inipun menjadi tontonan warga baik dari dalam
negeri dan luar negeri.
Drady Wibisono sutradara drama teatrikal
ini menyatakan, drama ini menunjukkan kisah perjuangan rakyat Blitar
dalam membantu kemerdekaan bangsa Indonesia meski pemberontakan gagal
namun menjadi cikal bakal perjuangan bangsa Indonesia untuk melawan
Jepang.
Tentara PETA merupakan bentukan Jepang yang memberontak
kepada pendudukan Dai Nippon karena tidak tahan melihat warga pribumi
disiksa oleh penjajah tersebut.