Ribuan Hektar Lahan Terendam Banjir | Penyebab Banjir
Banjir dan longsor yang melanda Sumatera Barat menyebabkan ribuan hektare lahan pertanian milik petani terendam. Akibatnya, petani terancam gagal panen. Menurut Dinas Pertanian Sumatera Barat, data sementara ada 2.518,33 hektare sawah yang terkena banjir.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Sumatera Barat Besli mengatakan, belum semua data kabupaten dan kota masuk ke Dinas Pertanian. ”Sekitar dua ribu hektare sawah itu tersebar di lima kabupaten dan kota yang terkena banjir dan longsor,” ujar Besli saat dihubungi, Kamis 11 Februari 2016.
Besli memaparkan, dari data-data tersebut di antaranya, sekitar 1.678 hektare sawah terendam banjir di Kabupaten Limapuluh Kota. Ribuan hektare itu berada di delapan kecamatan, yaitu Harau, Mungka, Luhak, Guguk, Bukit Barisan, Lareh Sago Halaban, Kapux IX dan Pangkalan. ”Sekitar 43 hektare mengalami puso atau gagal panen. Tersebar di Kecamatan Bukit Barisan, Pangkalan dan Harau,” ujar dia.
Di Kabupaten Dharmasraya, sekitar 125 hektare terkena banjir. Namun, kata Besli, rinciannya belum masuk. Termasuk yang dinyatakan gagal panen. Kemudian, di Kabupaten Solok, sekitar 49 hektare sawah terandam. Sehingga, sekitar 1,85 hektare gagal panen. ”Di Kota Solok hanya 2,5 hektare yang terendam banjir. Data lainnya belum masuk," ujarnya.
Lalu, di Kabupaten Solok Selatan, ada sekitar 638,63 hektare sawah terendam banjir. Lahan itu tersebar di lima kecamatan. Yaitu, Kecamatan Sangir Batang Hari sekitar 52,85 hektare, Sungai Pagu 80 hektare, Pauh Duo dengan 237,5 hektare, Sangir Jujuan 169 hektare dan Sangir 99,28 hektare. ”Dari data yang baru masuk, sekitar 31 hektare gagal panen. Semuanya berada di Sungai Pagu,” katanya.
Dengan data tersebut, Besli melanjutkan, total sekitar 2.518,33 hektare sawah terkena banjir. Sedangkan yang mengalami gagal panen sekitar 75,85 hektare.
Menurut Besli, kejadian ini belum berpengaruh terhadap pasokan pangan di Sumatera Barat. Soalnya, menurut dia, lahan sawah yang gagal panen masih terbilang kecil. Apalagi, bantuan benih dari pusat untuk korban banjir dan longsor telah dikirim. Pihaknya akan mengajukan ke Kementerian Pertanian untuk menyediakan benih. Agar petani kembali beraktifitas. ”Kami pantau perkembangan dalam dua hingga tiga hari ke depan,” ujar dia.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, R Pagar Negara, mengatakan bahwa banjir dan longsor yang terjadi di 10 kabupaten dan kota di Sumatera Barat menyebabkan dua ribu rumah terendam dengan 33.319 korban. ”Banjir juga merendam fasilitas umum dan lahan-lahan pertanian,” ujarnya.
Baca Juga :
Banjir Di Sumatera Barat | Beberapa Kecamatan Terendam Banjir
Begeng Di Perikasa Psikolog | Kronologi Aksi Begeng
Firasat Kematian Keluarga Pilot | Kronologi Jatuhnya Pesawat Tucano
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Barat menganalisa banjir yang melanda sejumlah daerah di provinsi tersebut ternyata disebabkan kerusakan lingkungan yang terjadi sejak lima tahun terakhir.
''Bencana ekologis di daerah ini adalah banyaknya aktifitas tambang di kawasan hutan dan daerah aliran sungai di Sumatra Barat sejak 2009,'' kata Direktur Eksekutif WALHI Sumbar, Uslaini, dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Rabu (10/2).
Uslaini mengatakan di Kabupaten Solok Selatan terdapat 22 Izin Usaha Pertambangan (IUP). Masing-masing, sembilan IUP di Kecamatan Sangir Batanghari, empat IUP berstatus operasi produksi dan lima berstatus eksplorasi, dengan komoditas emas, logam dan galena. Kemudian, di Kecamatan Sungai Pagu, terdapat tujuh IUP dengan komoditas emas, bijih besi dan logam dasar, di mana tiga IUP operasi produksi dan empat IUP eksplorasi.
Di Kecamatan Sangir, terdapat satu IUP tambang emas dan di Kecamatan Pauh Duo terdapat tiga IUP tambang bijih besi dan logam dengan status eksplorasi dengan total wilayah izin usaha pertambangan seluas 31.480 hektar (ha).
Sementara itu, Uslaini menjelaskan di Kabupaten Solok, aktifitas tambang juga marak di Kecamatan Lembah Gumanti. Di Kecamatan itu, ujar dia, terdapat 13 IUP dengan komoditas tembaga, kalsit, besi dan bijih besi, di mana 10 IUP telah melakukan kegiatan operasi produksi dan tiga IUP berstatus eksplorasi dengan luas wilayah IUP sebesar 1.028 ha.
Selain di Kecamatan Lembah Gumanti, ia melanjutkan, aktifitas tambang juga dilakukan sejak 2009 di Nagari Lolo, Kecamatan Pantai Cermin. Di Nagari Lolo, terdapat 11 IUP, di mana 10 IUP sudah melakukan aktifitas pertambangan sejak 2009 dan 2010 untuk komoditas tembaga, besi dan bijih besi sementara satu IUP masih berstatus eksplorasi dengan luas wilayah izin usaha pertambangan sebesar 752,7 ha.
''Aktifitas tambang terbuka yang dilakukan selama lima tahun terakhir, dengan membuka kawasan yang dulunya memiliki tutupan vegetasi, memberi pengaruh terhadap kemampuan alam dalam menyerap air hujan dan aliran permukaan,'' katanya.
0 komentar:
Posting Komentar